Senin, 15 April 2013 -
0
komentar
0
komentar
Di Bawah Rintik Hujan Awal Maret
Sejak pagi, hujan tidak kunjung berhenti. Apakah langit tengah berduka? Dalam alunan percik air hujan di kakiku, aku melangkah menyusuri jalan setapak yang sudah aku hafal entah sejak kapan. Sebuah perjalanan yang kurasa sangat panjang saat aku sendiri. Biasanya, aku mendengar suara tawa dan canda sehabat terbaikku, tetapi kini, aku harus berjuang berangkat lebih pagi dari mereka. Masih ku dengar gemeresek langkah mereka walau itu hanya dalam sebuah memori otakku, paling tidak aku merasa tidak sendiri.
Di sepanjang hampir 21 tahunku di Bumi, aku percaya bahwa Tuhan memiliki skenario terbaik untukku, baik untuk cita maupun cinta. Ya, C-I-N-T-A. Cherrybell bilang "Satu kata penuh makna". (bukan berarti aq fans berat cherrybell ya :P) Tere Liye bilang, "Tidak perlu terburu-buru dalam cinta, atau kamu justru akan merusak jalan ceritanya". Kemudian, ada juga dia bilang, "Jika cinta itu sejati, Tuhan sendiri yang akan menunjukkan jalan terbaiknya". Apa itu cinta? Bahkan sebelum ini, aku pernah mengatakan pada seseorang yang (mungkin) mengharapkanku, "Cinta itu bullshit!"
Sebelum jemari bertulangku menari di atas sebuah keyboard usang berdebu, aku tengah berjalan di sebuah jalan yang tidak pernah aku tahu dimana dan seperti apa ujungnya. Aku hanya tahu bahwa aku harus terus berjalan. Menikung, menanjak, berbatu, ya itulah jalanku. Saat kakiku mengatakan aku lelah, hatiku berkata, "Sedikit lagi, iya, sedikit lagi, kamu akan mencapai ujung jalan ini". Sebuah harap yang menarik ulur hatiku. Celaka, tidak ada jalan lain di sana. Pilihanku adalah maju atau aku harus kembali mundur membuat semua terasa sia-sia. Aku terus melangkah dengan satu fatamorgana, sosoknya menanti di ujung jalanku. Sosok yang pernah memberikanku cerita dalam hidupku, ada tangis, tawa , dan harap panjang.
Hari ke-20 di bulan ke-2 tahun 2013, Tuhan menuliskan sebuah awal cerita yang baru. Barukah? Bagiku, ini baru, tetapi bagi dia yang tiba-tiba hadir, ini de javu. Percayakah tentang pertemuan dalam mimpi malam yang sepi? Jalan yang selama ini selalu aku lihat berujung satu, kini, jalan itu bercabang. Entah sejak kapan Tuhan membuat persimpangan di jalanku. Aku diam. Haruskah aku terus keukeuh pada jalan awalku atau Tuhan menginginkanku melewati jalan baru yang dia ciptakan untukku?
Selangkah kakiku mencoba lalui persimpangan baru yang muncul. Suasana yang benar-benar berbeda. "Ada apakah di ujung jalan ini?" sebuah tanya dalam hati. Aku kembali mengayunkan kakiku, melangkahi persimpangan jalan untuk satu, dua, tiga dan entah sudah berapa ratus langkah aku lalui hingga saat ini. Kini, aku tidak melihat lagi jalan awalku. Jalan baru ini membuatku terus melangkah semakin jauh, tidak ada jalan kembali. Apakah aku tersesat? Berhenti atau terus maju, hanya itu yang harus aku pilih.
Di jalan ini, aku menatap dengan pandangan baru. Aku tersenyum dengan rasa yang baru. Aku melangkah dengan semangat baru. Dan aku membuka hati dengan harapan baru. Haruskah aku terus maju untuk semua rasa berbeda ini?
Di malam akhir bulan ke-2 masih di tahun 2013, "Apa kamu akan terus maju?" jalan itu menanyakan kesungguhanku. Aku diam, aku meragu, "Ini beda". "Begitu sulitkah aku untuk kamu lalui? Aku memang berbeda. Bukankah perbedaan membuat hidupmu lebih berwarna? Perbedaan indah jika kamu memahami eksistensinya," ucapnya menjawabku. "Apakah jalan ini benar-benar berujung?" tanyaku lagi. Jalan tersenyum dan menjawab, "Iya, aku memiliki sebuah ujung. Janjiku bukan janji politik."
Di bawah rintik hujan awal bulan Maret masih di tahun 2013, setiap orang memiliki seribu alasan untuk berbeda, namun setiap orang juga memiliki jutaan alasan untuk saling memahami perbedaan itu. "If I open my heart to you, I'm hoping you'll show me what to do. If you help me to start again, you know that I'll be there for you in the end," Haley Bennet bernyanyi bersamaku lalui jalan baru ini, way back into love.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)

0 komentar:
Posting Komentar