Senin, 17 Desember 2012 - 0 komentar

Laut Indah Karena Ombak Part 6



22 September 2012, aku dan teman-teman KKN packing, balik ke Jogja untuk melanjutkan studi kami. KKN kami telah berakhir, tapi kenangan itu tidak akan hilang bahkan ketika kami sudah keriput nanti (I hope all of you will remember it…). Barang-barang kami diangkut dengan mobil minibak pinjaman Akso. Akso sendiri yang membawanya dan Izi yang menjadi kerneknya. Sisanya?? Tentu saja harus berjuang sendiri membawa diri pulang ke Jogja. Aku dan Riya balik Jogja naik bus. Oh ya, aku belum pernah cerita soal Riya. Riya temen KKN dari Batam. Dulu sewaktu aku masih pacaran dengan Awan, kami sering share bareng. Pacar Riya juga di Semarang. Mereka LDR, sama dengan aku dan Awan. 

Saat aku putus dari Awan, di suatu subuh, aku menangis. Tiba-tiba dia menghampiriku dan menggenggam tanganku. Dia memandangku, hangat. “Kamu mungkin kehilangan Awan, tapi kamu masih memiliki kami, sahabat-sahabatmu,” ucapnya tersenyum tulus. Cantik! Tuhan, itukah bidadari yang Kau kirimkan untuk hapus tangisku? Aku tersenyum yang paling tidak artinya –terima kasih, kalian begitu berarti bagiku-.

Ingat juga saat aku menangis dulu (karena cemburu pada Izi), teman-teman bingung harus bagaimana. Lalu, tanpa sepengetahuanku, mereka berunding untuk mengajakku jalan-jalan. Yah pada hari yang ditentukan, kami jalan-jalan ke pasar (hiburan kami yang terdekat ya itu pasar, akses mudah dan ya hanya itu opsi yang ada) dan kami makan makanan kesukaanku, Baso Sapi :P yummy! Teman-teman, walau sebentar kita hidup bersama dalam satu atap, berbagi kasur yang sempit, komentar tentang masakan rutin bu Yam (ibu kos), tapi bagiku, aku seperti berada di tengah keluargaku sendiri, I’ll miss you for everytime.

Setelah kepindahan kami ini, kami tinggal di beberapa tempat yang berbeda dengan kesibukan masing-masing. Tapi bukan berarti kami putus komunikasi sejak saat itu.
***
Pertemuan 1
Pertemuan pertama kami sejak selesai KKN adalah saat ujian KKN. Kami berkumpul bersama di ruangan DPL. Aku pikir kami akan mendapatkan lontaran pertanyaan tentang kinerja KKN kami, ternyata apa yang terjadi? Beliau hanya meminta kami duduk dan bertanya hambatan yang kami alami saat KKN. Gedubrak!! Ujian apa ini? Ini bukan ujian, ini session sharing. 

Padahal, tahukah kamu? Sebelum ujian ini aku sudah (sangat) heboh mempersiapkan kelompokku untuk menghadapi ujian. Semua program kerja dan matriks aku unggah di facebook. Nama-nama guru dan staf SMA pun aku unggah, bahkan sampai tukang kebun sekalipun. Kenapa? Aku hanya ingin memberikan yang terbaik untuk kelompok. Aku ingin kami mendapatkan yang terbaik, dan aku ingin berjuang sebaik mungkin untuk itu. Tapi nyatanya? Tidak ada pertanyaan tentang itu satupun dari DPL.
“Wei, kapan nie Amat Bisri, si Tukang Kebun, keluar ya namanya?” ledek Akso sambil tersenyum, melirik kepadaku.
“Iya, kayaknya udah heboh begitu, eh gak ada pertanyaan yang jawabannya itu sih,” tambah Ano tertawa puas melihat wajahku memerah.
Aku manyun, melarikan diri, menyembunyikan wajahku yang semerah tomat.

“Sudah-sudah, mumpung ngumpul semua, makan-makan yuks,” ajak Tio.
“Eiiitz, tunggu dulu, Hana ma Momon gak ada,” seru Riya.
Hana dan Momon saat itu tengah mengikuti seminar. Karena beberapa pertimbangan, jadilah kami pergi makan bersama tanpa mereka. Makan-makan yang menyenangkan, kami tidak hanya bisa makan, tetapi juga berfoto-foto dengan kamera baru Riya :P

“Udah mau pesen apa nie?” tanya Ulli.
“Aku jus alpukat deh,” jawab Izi.
“Trus siapa lagi nih yang belum?” tambah Ulli.
“Aku, aku….,” jawabku, “Aku pesen jus alpukat.”
“Jiiiiiah, sok kompak ma Izi lagi,” ledek Iwi.
Eh! Aku kan tak tahu kalau Izi juga pesen jus alpukat. Sejak dulu, aku suka jus alpukat. (Sepertinya) setelah aku tahu Izi juga suka, aku semakin suka dengan jus alpukat. Hehehe :P (pantas saja badanku gempal).

Aku duduk cukup jauh dari Izi, tapi aku bisa mencuri pandang padanya (hal biasa yang selalu aku lakukan karena takkan mampu aku memandangnya terang-terangan. Aku malu, jadi hanya ini yang bisa aku lakukan. Sekarang, sepertinya aku semakin ahli). Begitu makan selesai, seperti biasa, dia menyalakan sepuntung rokok (Izi perokok. Pernah aku bertanya,”Apa kamu perokok berat?” dia menjawab, ”Tidak, hanya saja pahit kalau tidak merokok.”).  Aku tahu dia perokok sejak KKN, sebelum itu aku tidak pernah tahu, karena selama kami bersama, hampir tidak pernah dia menyalakan rokok di sampingku.
***
Pertemuan 2
Acara ngumpul bersama kami kedua di Lumpia Boom. Entah tanggal berapa aku lupa. Kalau tidak salah, 30 Oktober 2012.
“Agendakan makan malam bersama kelompok KKN, 30 Oktober 2012. Kumpul di teras perpustakaan pukul 18.30 WIB,” SMS ku pada teman-temanku.

Drrrttt…, handphone-ku bergetar. Balasan dari Izi, “Ow bisa santai ajah.. Aku pasti datang, hahaha…” Jawaban yang membuatku tersenyum. Entah apa yang aku pikirkan saat itu, yang jelas aku senang dengan jawaban itu.
“Aaaasyiiik, oke sip. Kalo bisa pada bawa motor sendiri2 yaaaa, yar cukup tebengannya,” balasku. Sepertinya aku sama sekali tidak bisa menyembunyikan perasaan senangku. Tuhan, Kau akan mempertemukanku dengan dia lagi, terimakasih :)

“Ow, beres laaah.. tapi gak tahu ontime atau gak coz aku mau main sepak bola,” balas Izi.
“Oh iya, tapi diusahakan ya, Izi J
“ Iya mau berangkat bareng ap?” tanyanya padaku.

Deg! Aku bingung, apa ini maksudnya? Dia mengajakku berangkat bareng atau tanya besok berangkat bareng temen-temen KKN? Aaaaaaaaaargh, whatever! “Iyaaalaaah…”
“haha, ya deh besok,” jawabnya. Ya ampun, luruskan pikiranku.

Saat itu terjadi, mungkin aku salah mengartikan kalimat Izi. Aku yang terlalu berharap dia mengajakku berangkat bersama, padahal maksudnya berangkat bersama teman-teman KKN. Tetapi Tuhan ternyata mendengar asa kecil dalam hatiku. Ya, Dia benar mengabulkannya, sayang hatiku terlalu bebal untuk mengerti karuniaNya. 

Malam hari H, Izi menghubungiku, “Aku udah OTW nie.” Saat itu, jelas2 aku masih di kos. Aku malu jika aku harus mengatakan ‘aku nebeng’ apalagi di sisi lain, aku sudah janjian berangkat bareng dengan Harry. Bukan apa-apa, hanya saja kos Harry yang paling dekat denganku. 

“Kamu dimana?” Izi SMS lagi setelah dia sudah sampai di lokasi dimana kami berencana untuk berkumpul.
“Maaf aku masih di jalan,” sesalku karena terlambat.
Setelah aku berangkat dengan Harry, Izi SMS, “Mengapa tadi kita gak berangkat bareng?” 

Deg! Tahukah dia perasaan aku saat itu? Ngenes!! Aku ingin sekali duduk di jok belakang motor Izi, bersama dia tentunya. Andai saja aku lebih pandai memanfaatkan kesempatan itu. Tetapi ini bukan seutuhnya hari sialku. Aku senang karena saat makan-makan, aku bisa berbagi dengan Izi. Berbagi apa? Segelas air minum. Sangat sepele kelihatannya, tapi tidak bagiku, ini luar biasa.
“Ini minum saja kalau kamu masih haus, strawberi float, hahaha,” kataku dengan tertawa. Bodohnya aku, kenapa aku harus berbicara sambil tertawa?!! Aku hanya merasa malu, tawa itu reflex tak sadarku. Izi melihatku begitu mendengar tawaranku, memastikan itu serius atau tidak.
“Coba diulang sekali lagi tanpa tertawa,” pinta Ulli, “Dia belum yakin itu.” Aku tak bisa mengulang lagi kalimat itu. Aku hanya bisa menunduk, menghindar dari tatapan teman-teman dan tersenyum malu.

Aku sangat malu saat aku menawarkan diri untuk berbagi minum dengan Izi. Andai dia melihat wajahku saat itu, mungkin wajahku sudah seperti bara api, tidak hanya merah, tetapi juga terasa panas :P Aku ingin selalu berbagi dengan Izi, bahkan juga ‘hatiku’. Andai dia tahu….
Ribuan hari aku menunggumu, jutaan lagu tercipta untukmu, apakah kau akan terus begini.
Masih adakah celah di hatimu yang masih bisa tuk ku singgahi,
Cobalah aku kapan engkau mau.
Tahukah lagu yang kau suka?
Tahukah bintang yang kau sapa?
Tahukah rumah yang kau tuju?
Itu aku!
***
Sebelum pertemuan ketiga ini (pertemuan terakhir Tria dengan sahabat KKN hingga aku menulis tentang ini), akan aku ceritakan kisah Izi dan Tria di luar sebagai anggota KKN.

15 November 2012
Aku tengah liburan di rumah. Bengong seperti sapi ompong (pernah liat heh?). SMS ajah Izi, “Mudik gak nie?” Saat aku kirim SMS itu, sama sekali tak ada harapan untuk mendapatkan balasan darinya.
Tetapi ternyata, “Gak ini masih di Jogja… Mudik apa kamu?” balas Izi. Yes! Dibalas juga. Hehe.
Bla… bla… percakapan mengalir begitu saja. 

“Besok aku ada event pertandingan ma Tunas Jogja, jadi aku gak pulang,” cerita Izi.
“Jadi pengen nonton deh, beneran…” jawabku asal.
“Hehe, ya nonton sini,” tanggapnya, “Aku suka banget ma bola.”
Tanggapku, “Hidupmu bola no, kapan ya aku bisa jadi bola? :O hehe.”
“Hah, jadi bola?! Kamu mau ya ditendangin… haha :D,” candanya. Apa dia tidak mengerti maksudku atau berpura-pura tidak tahu? Gemas!
“:P iiih bukan bagian tu juga yang aku mau… hehe, tapi bgian…… mmmzz, he,” jawabku malu-malu dan sengaja tidak meneruskan ucapanku (agar Izi penasaran dan jujur aku memang tidak sanggup melanjutkannya).
“Haha, kamu bisa ajah!” jawabnya lagi. Maksudnya? Dia mengerti atau tidak?

Aku rasa, aku mulai ketagihan membaca SMS Izi. Bagaimana ini? :O Aku berharap semua ini takkan pernah membuat dia merasa terganggu.

2 Desember 2012
Suatu siang, aku salah kirim ke Izi. Sebenarnya SMS itu untuk sahabatku, Nita. (Benarkah salah kirim?) Sejujurnya tidak. Aku sengaja mengirim SMS ini untuk memancing pembicaraan dengan Izi. Pura-pura salah kirim SMS, klasik!
“Nita, Gini nie jomblo, balik mudik sndiri, ujan deres gak bawa payung, turun dari angkot sengaja depan toko, beli payung, bayar, gak perlu bungkus, langsung pake, jalan dah sampe kos. Haha,”
Langsung aku sambung dengan SMS ini, “Huwaaaaaaaaaaa :3 maaf salah kirim…”

Beberapa saat kemudian, seperti tebakan aku, Izi pasti membalasnya, “Haha, ya oke. Derita orang jomblo yah.. Haha.”
Aku balas, “Duh, aku malu laaah, pengen tutupan panci jadinya.. :P he, lagi becandaan ja tadi ma temen.”
“Hahaha, kurang tuh tutupan ember skalian… Emang knapa sih kalo jomblo mbok malah lebih bebas, hahaha,” tanyanya padaku.

Balasku (ini dia momen yang aku tunggu-tunggu, saat dimana kami membahas soal cinta, meski bukan tentang kami), “Oh iya sie… Tadi cuma becandaan aja ma temen aku yang LDR. Kamu udah punya pacar?”
“Walah, pacar aku gak punya, belum pengen pacaran nih… hahaha,” jawabnya yang membuatku terpaku.
‘belum pengen pacaran’ katanya. Itu artinya dia masih menutup hatinya, bahkan sampai saat ini kami saling mengenal. Apakah itu juga artinya aku tak menarik hatinya hingga dia mau membukakan pintu hatinya untuk cinta.

“Wei, kalau udah buka lowongan buat jadi pacar kamu kasih kabar yak ke aku, mungkin aku mau daftar :P hehehe, jangan lupa kasih tau syarat-syaratnya :D haha,” candaku (meskipun sebenarnya itu ungkapan hatiku).
“Ow iya beres deh, Haha. Bisa ajah nie km..,” balasnya dengan innocent. Sial! Apa dia tak menangkap sinyal apapun?

Akhirnya, terucap juga kata-kata itu. Aku tak pernah mengerti bagaimana penangkapan Izi dengan pernyataan aku tadi. Mungkin dia hanya menganggap ini lelucon, padahal semua itu memberikan aku banyak jawaban atas rasa di hatiku. Sekarang, aku tahu bahwa dia belum memiliki keinginan mempunyai seorang pacar. Itulah sebabnya dia terkesan tak peduli dengan diriku. Kenapa aku mengatakan begini? Ya memang dia membalas SMS ku, tapi dia tak pernah ada keinginan untuk SMS terlebih dahulu. Padahal ingin sekali aku mendengar sapanya :3 sudahlah, ini prinsip hidupnya.

8 Desember 2012
Izi, bolehkah aku menulis apapun tentangmu saat aku merindukanmu? :P Tak masalah jika ini hanya akan tersimpan dalam folder penyimpananku, tanpa pernah kamu tahu. Ini lebih baik ^_^ Aku tahu perasaanmu, aku ingin kamu mendapatkan yang terbaik. Aku rasa, itu bukan aku :’( Ya, bukan aku.
Tahukah kamu, Izi, bahwa kamu memberikanku warna. Mungkin aku benar-benar penjahat cinta >_< Aku tertarik padamu sejak sebelum aku memutuskan untuk berpacaran dengan Awan. Kamu memberikanku satu alasan untuk tersenyum saat hatiku kacau karena hubuganku dengan Awan berantakan. Bukankah aku benar-benar seorang pecundang?! Hahaha :D begitu gila! Aku takkan pernah memiliki kata-kata yang tepat untuk menyapamu, salah tingkah. Aku bahkan tidak tahu apa yang harus aku lakukan saat bertemu denganmu. Membosankan, bukan?!
Kamu memberikanku satu alasan untuk tetap sendiri saat ini, akankah aku menjadi satu alasanmu membuka hatimu suatu saat nanti, Izi? :O 

Sebuah novel yang aku baca, Kau, Aku dan Sepucuk Angpau Merah, menceritakan bahwa cinta adalah pembiasaan. Lama-lama terbiasa, maka lama-lama cinta. Cinta adalah proses, proses transformasi perasaan dari sekadar sahabat menjadi seseorang yan spesial. Kita tidak pernah tahu masa depan. Dunia ini terus berputar. Perasaan bertunas, tumbuh mengakar, bahkan berkembang biak di tempat yang paling mustahil dan tidak masuk akal sekalipun. Perasaan kadang dipaksa tumbuh di waktu dan orang yang salah. 

Aku tak akan berusaha mengikatmu dengan komitmen selama kamu tidak menginginkannya. Aku takkan berambisi untuk memilikimu hanya untukku. Kamu pantas dapatkan waktu dan orang yang indah. Kerianganmu memberikanku satu kelegaan tersendiri :) tetaplah seperti kamu adanya.

Pertemuan 3, 11 Desember 2012
Pertemuan kali ini, Izi tidak berangkat. Dia bekerja kembali di kafe. Aku dan 10 temanku yang lain makan bersama di WS.
“Kalau kami mau ke tempat Izi kerja, kamu mau ikut?” tanya Tio sambil tersenyum genit padaku.
“Eh, emmz, ikut teman-teman aja,” jawabku salah tingkah.
“Ayo kita nemuin Izi di kafe,” ajak Tio.
“Ayoooo!” jawab teman-teman kompak, kecuali aku. Aku pura-pura mengabaikan ajakan itu dan minum jus alpukat (kesukaanku seperti biasa).
“Ada yang pura-pura gak denger nih, padahal dia yang paling seneng,” ledek Tio lagi.
Sial! Sampai kapan Tio akan menggodaku? Wajahku sudah tak jelas bagaimana rupanya, aku salah tingkah.

Benar saja, aku dan teman-teman dari 20.30-01.30 WIB nongkrong bareng di kafe tempat Izi bekerja. Izi lebih terlihat gemuk. Di sana, aku bisa melihatnya tersenyum, tanpa beban, sangat indah, dan akan selalu membuatku rindu. Aku lagi-lagi (seperti biasa sejak dulu) hanya bisa mencuri pandang. ‘Aku belum pengen pacaran’ ucapan Izi melintas dipikiranku. Aaarrgh, sungguh terlalu…. Kenapa kata-kata itu melintas di otakku saat seperti ini? Ingin menyadarkanku, hah.

Aku mencoba mengalihkan pikiranku untuk bermain kartu dengan teman-tema, walhasil aku kalah. Tahukah kamu apa hukumannya? Jalan menggunakan satu kaki dari dalam RM sampai ke tempat parkir. Tidak hanya itu, aku harus mengenakan helm. OMG! Tega sekali bukan teman-temanku yang (seru) jahil itu. Tetapi, dari ketiga pertemuan KKN kami, ini yang paling seru.

Begitu kami mau pulang, Izi menghampiri kami. Ya untuk berpamitan. Lagi-lagi mereka mengerjaiku.
“Ayo, pamitan ma Izi mewakili kami,” tantang Tio.
Aku? Jongkok menutup wajahku dengan tangan. Aku malu. Entah kenapa di setiap ada Izi, rasa maluku tumbuh puluhan kali lipat. Aku tak sanggup menatapnya.
“Ya udah pulang saja sana :)” ucap Izi yang melihatku hanya malu-malu dari tadi.

Akhirnya aku memutuskan untuk langsung saja menuju tempat parkir. Sekilas, aku menoleh ke belakang melihat Izi. Begitu wajahku sudah menghadap ke depan, aku tersenyum. Dalam hati aku berkata, “Mungkin ini adalah kebodohanku yang selalu saja tak pandai memanfaatkan kesempatan bersamamu. Entah kapan lagi aku akan bertemu denganmu. Tetapi terima kasih untuk setiap senyum yang kamu tunjukkan di hadapanku. Aku bahagia dengan setiap momen yang tercipta antara kita. Terima kasih….”
… Ku bahagia kau telah terlahir di dunia,
Dan kau ada diantara milyaran manusia,
Dan ku bisa dengan radarku menemukanmu….

Pagi hari, 04.00 WIB, 12 Desember 2012
Tria terbangun dan mengerti satu hal.
Cinta sejati selalu menemukan jalan. Ada saja kebetulan, takdir atau apalah sebutannya. Tapi sayang, orang yang menyebut dirinya tengah dirundung cinta justru selalu memaksakan jalan cerita. Jika berjodoh, Tuhan sendiri yang akan memberikan jalan baiknya. Kejutan yang menyenangkan.
-Tere Liye/ Kau, Aku dan Sepucuk Angpau Merah-

Apakah ini berarti Tria mulai lelah mengharapkan Izi? Mungkin tidak, Tria hanya tidak ingin memaksakan apa yang memang belum saatnya terjadi. Liye benar, jika Tuhan inginkan Tria dan Izi bersama, pasti akan ada momen dimana Izi akhirnya membuka hati untuk Tria. Dengan siapapun Izi atau Tria nanti serahkan hati, itu pasti yang terbaik. 

Laut tak pernah benar-benar memiliki ombak. Ombak akan datang dan pergi seiring semilir angin.  Tetapi, laut sangat menyadari bahwa ombak inilah yang membuat warna dirinya menjadi indah.
Life must go on.
…………….
Drrrrrrrrrt, pesan masuk di HP Tria!
“Hai namaku Praja, aku dapet nomor HP-mu dari Dina, temen sekelasmu. Boleh kenalan?”
-end-

0 komentar:

Posting Komentar