Detik-detik penarikan anggota KKN semakin
dekat. Tugas sekretaris pun semakin berat. Deadline laporan sudah di depan
mata, siap membuatku insomnia setiap kali mengingatnya (over). Aku bekerja
beberapa jam lebih lama di depan komputer daripada biasanya. Inilah bentuk
tanggung jawabku sebagai sekretaris yang baik (nggayanyeeeee). Akhirnya,
“Huuuuuuuuuuuuuuwek!” aku muntah. Pusing
dengan radiasi komputer.
“Kamu sakit? istirahatlah,” Iwi
memastikan.
Tak banyak omong, aku langsung ke kamar.
Ya, kepalaku pusing dan perutku mual. Beberapa kali, aku berlari ke kamar mandi
untuk muntah. :P hehehe. Saat kembali, aku dengar Iwi, Ulli, dan Hesti tengah
meributkan sesuatu sambil memainkan handphone-ku. Curiga, aku mendekati mereka.
“Oi!,” kaget Ulli.
“Ada apa?” tanyaku curiga.
“Hehehe, Izi SMS kamu,” jawab Iwi.
“Izi?!! Masa sih dia SMS aku dulu, kalian
SMS dia heh?” tanyaku tak percaya.
“Gak kok, lihat aja,” sanggah Hesti.
Iya, Izi SMS. Begini bunyinya, “Lutisan
yuks!”
“Pas banget kamu muntah-muntah, Izi
nyidam lutis,” ledek Ulli.
“Oh iya ya, aku ledek Izi aaaah,” goda
Iwi.
Huuuuft, dasar temen-temen yang jail
(asyik). Aku tersenyum membaca pesan Izi selanjutnya, “Kamu sakit apa?”
Hem, pasti Iwi sudah SMS Izi, “Gak
apa-apa, Cuma pusing aja. Oke deh, besok lutisan di kos cewe aja.” Asyik,
ketemu Izi, sorak hatiku.
Malamnya, Akso SMS, “Laporan sudah sampai
mana? Ada yang bisa aku bantu?”
“Oh iya aku butuh laporan kerja KKN
individu,” balasku.
“Oke, aku datang ke kos cewe ya,” sanggup
Akso.
Benar saja, tak lama kemudian, Akso
datang. Aku buka pintu dan aku melihat Izi di belakang Akso. Ternyata, Akso
datang bersama Izi. “Ayo masuk,” aku mempersilakan mereka masuk.
“Ini datanya ada di FD, sekalian punya
Tio dan Putra,” kata Akso.
“Aku minta foto-foto KKN dong,” seru Izi
ke Iwi.
“Itu minta di Tria, ada di leppy Hesti,”
jawab Iwi dari dalam kamar.
Segera aku duduk di samping Izi,
membantunya mencari file yang dia inginkan. Sesekali jemari kami bersentuhan,
tapi tak seperti di sinetron yang membuat kami langsung berpandangan,
(sepertinya) semua berjalan biasa saja. Kondisi yang masih sakit membuatku
lebih banyak menyandarkan kepalaku di atas meja, dengan bantal jaket khas Izi,
jaket NIKE, tercium aroma khas tubuh Izi. Iwi dan Ulli sudah keluar dari kamar
menemani Akso.
Sekitar pukul 21.00 WIB, “Woi, pulang
yuks,” ajak Akso.
“Bentar lah,” jawab Izi.
Entah kenapa, aku tersenyum mendengar
jawaban Izi (what happened with me?). Aku lupa kalau tadi siang pusing dan
mual-mual. Antibodiku meningkat karena aku bahagia :P semangat positif!
***
19 September 2012, masa-masa penarikan
mahasiswa KKN dari sekolahku. Kami perpisahan dengan pihak sekolah. Ada tawa
dan tangis keharuan di sana. Kami berterimakasih dengan kenakalan khas
mahasiswa kami, sekolah dengan sabar tetap membimbing kami dan memberikan kami
banyak pengalaman untuk menjadi guru masa depan yang professional dan
berdedikasi tinggi (aamiin). Tanpa mengenal lelah, guru pembimbing kami dengan
sabar dan ketekunan ekstra mengajari kami banyak hal bagaimana menyampaikan
ilmu kami kepada siswa sehingga perjuangan kami mencari ilmu menjadi berkah dan
bermanfaat. Pengalaman adalah guru yang terbaik, dan kami mendapatkan itu di
sana.
Jabat
tanganku mungkin untuk yang terakhir kali kita berbincang tentang memori di
masa itu.
Peluk
tubuhku usapkan juga air mataku, kita terharu seakan tiada bertemu lagi.
Bersenang-senanglah
karena hari ini akan kita rindukan di hari nanti,
sebuah
kisah klasik untuk masa depan.
Bersenang-senanglah
karna waktu ini akan kita banggakan di hari tua.
Sampai
jumpa kawanku semoga kita slalu menjadi sebuah kisah klasik untuk masa depan….
Tugas akhir kami adalah mengumpulkan
laporan KKN sebagai pertanggung jawaban atas kerja kami. Kami membutuhkan tanda
tangan dari pihak sekolah. Ternyata prosedurnya tidak semudah yang aku
bayangkan. Kepsek membaca isi laporan dan kurang setuju dengan apa yang kami
tulis. Laporan kami lebih memberikan opini kualitatif, sementara kepsek
menginginkan tulisan yang bersifat kuantitatif karena menurut beliau kami tidak
berhak men-judge dengan opini subjektif kami. Akhirnya, pulanglah kami dengan
kewajiban revisi laporan. Salah satu yang revisi adalah Izi.
Kami pulang dengan membawa beban laporan
yang cukup berat.
“Sini, sini aku yang bawain, aku mau
bonceng naik motor,” seru Ulli.
Dengan cepat, Ulli mengambil tumpukan
laporan di tangan kami dan membawanya ke tempat parkir.
“Uuuuh, dasar Ulli, ternyata mau minta
bonceng Izi,” kesal Iwi.
Oh ya sudah tahukah kalian, selama KKN
berlangsung ternyata tak sedikit teman-teman yang dalam diamnya mengagumi sosok
Izi (dan aku salah satunya). Bahkan saat ngumpul bersama, untuk semakin
meningkatkan ke-seru-an kami berkumpul, kami akan saling merebutkan Izi dengan
memamerkan momen-momen spesial kami bersamanya. Aneh sekali cowo seperti dia
masih jomblo :O mungkin, siapapun cewe yang akan menaklukkan hatinya pastilah
dia sangat beruntung (semoga saja aku, hahaha :D ngarep, tapi kok nggak ngaca
dulu ya mbak’e).
Aku dan Iwi naik motor bersama,
sesampainya di kos, aku melihat Izi sedang dikerumuni temen-temen cewe. Entah
reflex atau terbawa perasaan, aku meletakkan tumpukan laporan yang aku bawa di
atas meja dengan cukup keras. Aku saja terkejut dengan hasil suara yang
terjadi, “Bukkkk!”
“Weeeeih, Tria cemburu euy, marah nie ye
aku deket-deket Izi,” ledek Ulli.
Aku yang masih terkejut dengan sikapku
sendiri cuma bisa tersenyum dan berkata, “Apaan coba?!! >_<”
Lalu, aku masuk dalam kerumunan, duduk di
samping Izi. Entahlah, apakah teman-teman memang sengaja memberikanku waktu
terakhir bersama Izi atau bagaimana, lama-lama mereka pergi satu persatu dan
tinggallah aku berdua dengan Izi merevisi laporan KKN. Kami menatap komputer
yang sama, saling bertukar pikiran, malu-malu mencuri pandang, tersenyum. Kami
benar-benar dekat saat itu. Hanya dapat tersenyum dan tersenyum yang aku ingat
saat itu.
“Ciiiie yang lagi PDKT nie… Nyari gebetan
euy!” ledek Iwi.
“Wah, mereka serasi sudah, aku iri
melihat mereka,” ledek Momon.
Wajahku memerah, aku malu karena sindiran
itu sungguh mengena hatiku :P meskipun mungkin tidak untuk Izi.
“Huuuzz, jangan begitulah,” tegas Izi.
Aku sangat suka saat itu –Terima kasih
teman-teman, kalian memberikanku momen terakhir yang menyenangkan bersama Izi.
Terima kasih Izi, kamu banyak memberikanku momen-momen bertemu denganmu di
hari-hari terakhir KKN memberikanku kekuatan dan semangat (sembuhkan hati). Terima kasih Tuhan, telah Kau berikanku
kesempatan indah itu dan dalam hati selalu terbersit sebuah doa ‘beri aku
sedikit waktu lebih lama lagi bersamanya’-
Saatku
tenggelam dalam sendu, waktupun enggan untuk berlalu,
Ku
berjanji tuk menutup pintu hatiku entah untuk siapapun itu.
Semakin
kulihat masa lalu, semakin hatiku tak menentu,
Tetapi
satu sinar terangi jiwaku saatku melihat senyummu….
Kini
ku ingin hentikan waktu bila kau berada di dekatku.
Bunga
cinta bermekaran dalam jiwaku kan ku petik satu untukmu.
Dan
kau hadir merubah segalanya menjadi lebih indah,
Kau
bawa cintaku setinggi angkasa membuatku merasa sempurna.
Dan
membuatku utuh tuk menjalani hidup.
Berdua
denganmu selama-lamanya, kaulah yang terbaik untukku….
***
0 komentar:
Posting Komentar