“Hai, namaku
Tria. Aku KKN di SMA X, sama denganmu. Salam kenal, hubungi aku balik ya J terima
kasih”
Itu SMS yang
aku kirim ke semua teman-teman KKN-ku. Sekadar memperkenalkan diri dan berusaha
membangun komunikasi. Hehehe :P maklum, ini pengalaman pertamaku. Aku yakin
cerita KKN-ku akan berjalan menarik.
Drrrrrt….!
Handphone-ku bergetar. Ada pesan masuk yang langsung aku baca.
“Mungkin kamu
salah, aku bukan di SMA itu. Kamu pacar temanku hah?”
Hah! Apa iya
aku salah, jelas-jelas aku dapat nomor ini dari teman sejurusannya. Aku pacar
temannya? Mana mungkin, aku saja tidak mengenalnya. Aku segera membalas
pesannya.
“Bukankah
namamu Izi? Aku tau ini dari temanmu sendiri, Akso.”
Semenit, dua
menit, aku menunggu dengan banyak pertanyaan. Jika aku salah, aku akan sangat
malu. Memperkenalkan diri dengan sok akrab dan ternyata salah orang, itu bukan
awal yang baik.
Pesan masuk
dari Izi, “Hahaha :D iya berarti kalo dari dia, aku benar temen KKN-mu. Salam
kenal!”
Hahahahahaha
:D sangat terlalu…. Akso bilang, “Dia memang kaku, biasalah orang baru
dikenal.”
***
Tik tok tik
tok! Jam dinding terus berdetak menunjukkan bahwa waktu memang takkan pernah
mau berhenti sejenak saja. Pertemuan pertama dengan dosen pembimbing KKN
tinggal esok.
Kamis, 2
Februari 2012
“Halo, namaku
Tria, dari pendidikan Biologi, FMIPA. Asalku dari Kebumen. Salam kenal!”
Perkenalan
pertamaku dengan teman sekelompok KKN. Kami ber-13, dengan 6 laki-laki dan 7
perempuan. Semua terasa kompak, apalagi kalau kamu tahu rahasianya, 6 dari kami
adalah teman SMA. Hehehe :P kami gak pernah janjian, it’s a fate! Setelah
pertemuan ini, aku dan teman-teman akan lebih sering bertemu membahas program
kerja kami. Yah, so far so fine.
***
Drrrrttt…!
Handphone-ku bergetar. Yeah, kamu harus tahu jarang aku menderingkan
handphone-ku. Jujur saja handphone-ku produk Cina, nada deringnya nyaring dan
aku tidak suka gangguan itu. Jadi, lebih baik aku getar saja. Aku buka pesan
itu dan aku terkejut. Bukan karena itu pesan menang undian 1 M atau ancaman
boom, tapi karena itu adalah pesan dari Izi. Kamu tahu bukan, awal perkenalan
kami tak berjalan mulus, hal luar biasa bagiku saat dia menyapaku terlebih
dahulu.
“Kamu mau
ikut gabung PKM-ku?”
Hah! PKM?
“Tentang apa?” balasku.
“Tentang
kandungan pectin dalam kulit jeruk. Mungkin saja bisa kita buat minuman penunda
lapar, bagaimana?” jawabnya menjelaskan.
“Aku belum
banyak tahu, tapi mungkin saja itu bisa. Ya akan aku bantu. Bolehkah aku
mengajak seorang temanku?” lanjutku.
“Oke! Oh ya
tapi aku belum mencari referensi tentang itu,” jelasnya.
“Hem, ya
nanti akan aku coba cari dan segera menghubungimu,” sanggupku.
Dengan
keseriusan tinggi (nggaya), aku coba cari referensi tentang itu. Ya tentu saja
aku menemukannya dan menyusunnya menjadi file yang rapi untuk aku berikan pada
Izi, ‘folder untuk Izi’. Coba saja kamu cari di notebook-ku, kamu akan
menemukan folder itu. Pasti! Masih utuh dengan isi-isinya yang takkan pernah
jadi aku berikan padanya.
“Nanti kamu
berangkat rapat? Aku ingin memberikan sesuatu,” pesanku.
“Aku sedang
sakit, tapi baiklah aku usahakan untuk berangkat,” janji Izi.
Suatu malam,
malam biasa dimana aku dan teman-teman KKN merapat. Aku berniat memberikan
sejumlah referensi yang sudah aku cari untuk Izi.
“Woi, bro,
kamu berangkat juga. Katanya kamu sakit, hah?” Tio menggoda Izi, “Hahaha,
tenang saja ada………………………………………”
Izi hanya
tersenyum.
Kenapa
kalimat Tio berlanjut dengan titik-titik? Karena aku tidak mendengar lanjutan
kata-kata Tio. Nyatanya memang Izi flu saat itu. Melihatnya datang dengan
menggunakan jaket tebal, membuatku merasa bersalah memintanya datang
malam-malam untuk rapat. Oh ya, kami selalu rapat di teras perpustakaan.
Ketika
bahasan rapat sudah selesai, aku mendekatinya yang tengah duduk di dekat tembok
perpustakaan. Aku malu, tentu saja. Bagaimana mungkin aku dulu yang harus
mendekatinya? Tetapi jika tidak, sampai kapan dia akan diam seakan tidak ada
kepentingan antara aku dan dia. Aku duduk di sampingnya dan memberikan gambaran
singkat PKM jeruk itu, “Ini bacalah.’
Beberapa
saat, kami hanya diam. Izi membaca catatan berantakanku.
“Bagaimana
ini, jadikah PKM kita?” tanyaku pada Izi.
“Maaf, aku
masih sibuk kuliah,” jawab Izi, “mungkin lebih baik untuk fokus skripsi saja,
bukan PKM.”
Sudah jelas
bukan alasannya kenapa aku tidak pernah memberikan folder itu padanya. Huuuuft,
>_<
***
Berhari-hari
sejak saat itu, aku menjadi koordinator teman-teman. Aku menjadi penyebar
informasi. Oh ya, aku sekretaris dalam kelompok. Setiap ada info baru, setiap
ada perkembangan kelompok, setiap ada pertemuan, aku yang akan menyebarkan
semua itu pada teman-teman.
“Jangan lupa
merapat ya,” pesanku pada semua teman-teman KKN.
“Oke! Udah
makan?” balas Izi.
Hahaha :D
Izi… Izi… dan Izi. Tentu saja, ini ceritaku tentangnya. Jadi, jangan bosan
membaca nama Izi dalam ceritaku ini.
-udah makan?-
pertanyaan Izi yang khas sekali selalu dia tanyakan setiap kali SMS-an
denganku, hingga suatu hari,
“Kalau aku
belum makan, apakah kamu mau traktir aku?” candaku.
“Ya, di
angkringan ya, mau? Haha,” jawab Izi.
“Oke! Bener
loh ya, aku belum pernah tuh makan di angkringan,” tanggapku.
Ya begitulah.
Pertanyaan yang sangat lugu, kecuali ini.
“Kenalin lah
aku ma temen-temen kos kamu,” SMS Izi suatu hari.
“Hahaha :D
temen-temenku cantik-cantik (gak kayak aku :P) Mau tipe yang seperti apa?
Datanglah ke kos,” godaku.
“Siapa
bilang, kamu manis kok. He, gak jadi kenalan ma temen-temen kamu lah. Belum
tentu cocok,” balasnya.
Sadarkah
kamu, ada sesuatu yang buatku tersenyum tanpa aku sadari saat membaca SMS itu.
Dia bilang aku manis. Hahaha, aku juga wanita, senang dipuji. Bukan itu sih
intinya, seorang Izi mengatakan hal itu sungguh hal yang luar biasa bagiku.
“Sudah berapa
lama kamu jomblo?” SMS Izi lagi.
“8 bulan,
kenapa?” tanyaku penasaran.
“Gak apa-apa,
Cuma pengen tahu saja J,”
jawabnya.
Masa itu, Izi
kerja parttime, di sebuah café shift malam. Bagaimana aku tahu? Seperti yang
sudah aku jelaskan, aku koordinator, jadi sebisa mungkin aku tahu jadwal
teman-temanku (sok). Saat itu, mungkin tanpa aku sadari, bibirku (telah terbiasa)
tersenyum setiap kali aku lihat pesan Izi masuk dalam handphone-ku.
… Ingin aku
mengenalmu saat ini, Ingin menyapamu tapi aku malu,
Dan kini
hatiku mulai bertanya, are you really the one I am searching for? ….
***
0 komentar:
Posting Komentar