Minggu, 09 Desember 2012 - 0 komentar

Laut Indah Karena Ombak Part 1


“Hai, namaku Tria. Aku KKN di SMA X, sama denganmu. Salam kenal, hubungi aku balik ya J terima kasih”
Itu SMS yang aku kirim ke semua teman-teman KKN-ku. Sekadar memperkenalkan diri dan berusaha membangun komunikasi. Hehehe :P maklum, ini pengalaman pertamaku. Aku yakin cerita KKN-ku akan berjalan menarik.
Drrrrrt….! Handphone-ku bergetar. Ada pesan masuk yang langsung aku baca.
“Mungkin kamu salah, aku bukan di SMA itu. Kamu pacar temanku hah?”
Hah! Apa iya aku salah, jelas-jelas aku dapat nomor ini dari teman sejurusannya. Aku pacar temannya? Mana mungkin, aku saja tidak mengenalnya. Aku segera membalas pesannya.
“Bukankah namamu Izi? Aku tau ini dari temanmu sendiri, Akso.”
Semenit, dua menit, aku menunggu dengan banyak pertanyaan. Jika aku salah, aku akan sangat malu. Memperkenalkan diri dengan sok akrab dan ternyata salah orang, itu bukan awal yang baik.
Pesan masuk dari Izi, “Hahaha :D iya berarti kalo dari dia, aku benar temen KKN-mu. Salam kenal!”
Hahahahahaha :D sangat terlalu…. Akso bilang, “Dia memang kaku, biasalah orang baru dikenal.”
***
Tik tok tik tok! Jam dinding terus berdetak menunjukkan bahwa waktu memang takkan pernah mau berhenti sejenak saja. Pertemuan pertama dengan dosen pembimbing KKN tinggal esok.
Kamis, 2 Februari 2012
“Halo, namaku Tria, dari pendidikan Biologi, FMIPA. Asalku dari Kebumen. Salam kenal!”
Perkenalan pertamaku dengan teman sekelompok KKN. Kami ber-13, dengan 6 laki-laki dan 7 perempuan. Semua terasa kompak, apalagi kalau kamu tahu rahasianya, 6 dari kami adalah teman SMA. Hehehe :P kami gak pernah janjian, it’s a fate! Setelah pertemuan ini, aku dan teman-teman akan lebih sering bertemu membahas program kerja kami. Yah, so far so fine.
***
Drrrrttt…! Handphone-ku bergetar. Yeah, kamu harus tahu jarang aku menderingkan handphone-ku. Jujur saja handphone-ku produk Cina, nada deringnya nyaring dan aku tidak suka gangguan itu. Jadi, lebih baik aku getar saja. Aku buka pesan itu dan aku terkejut. Bukan karena itu pesan menang undian 1 M atau ancaman boom, tapi karena itu adalah pesan dari Izi. Kamu tahu bukan, awal perkenalan kami tak berjalan mulus, hal luar biasa bagiku saat dia menyapaku terlebih dahulu.
“Kamu mau ikut gabung PKM-ku?”
Hah! PKM? “Tentang apa?” balasku.
“Tentang kandungan pectin dalam kulit jeruk. Mungkin saja bisa kita buat minuman penunda lapar, bagaimana?” jawabnya menjelaskan.
“Aku belum banyak tahu, tapi mungkin saja itu bisa. Ya akan aku bantu. Bolehkah aku mengajak seorang temanku?” lanjutku.
“Oke! Oh ya tapi aku belum mencari referensi tentang itu,” jelasnya.
“Hem, ya nanti akan aku coba cari dan segera menghubungimu,” sanggupku.
Dengan keseriusan tinggi (nggaya), aku coba cari referensi tentang itu. Ya tentu saja aku menemukannya dan menyusunnya menjadi file yang rapi untuk aku berikan pada Izi, ‘folder untuk Izi’. Coba saja kamu cari di notebook-ku, kamu akan menemukan folder itu. Pasti! Masih utuh dengan isi-isinya yang takkan pernah jadi aku berikan padanya.
“Nanti kamu berangkat rapat? Aku ingin memberikan sesuatu,” pesanku.
“Aku sedang sakit, tapi baiklah aku usahakan untuk berangkat,” janji Izi.
Suatu malam, malam biasa dimana aku dan teman-teman KKN merapat. Aku berniat memberikan sejumlah referensi yang sudah aku cari untuk Izi.
“Woi, bro, kamu berangkat juga. Katanya kamu sakit, hah?” Tio menggoda Izi, “Hahaha, tenang saja ada………………………………………”
Izi hanya tersenyum.
Kenapa kalimat Tio berlanjut dengan titik-titik? Karena aku tidak mendengar lanjutan kata-kata Tio. Nyatanya memang Izi flu saat itu. Melihatnya datang dengan menggunakan jaket tebal, membuatku merasa bersalah memintanya datang malam-malam untuk rapat. Oh ya, kami selalu rapat di teras perpustakaan.
Ketika bahasan rapat sudah selesai, aku mendekatinya yang tengah duduk di dekat tembok perpustakaan. Aku malu, tentu saja. Bagaimana mungkin aku dulu yang harus mendekatinya? Tetapi jika tidak, sampai kapan dia akan diam seakan tidak ada kepentingan antara aku dan dia. Aku duduk di sampingnya dan memberikan gambaran singkat PKM jeruk itu, “Ini bacalah.’
Beberapa saat, kami hanya diam. Izi membaca catatan berantakanku.
“Bagaimana ini, jadikah PKM kita?” tanyaku pada Izi.
“Maaf, aku masih sibuk kuliah,” jawab Izi, “mungkin lebih baik untuk fokus skripsi saja, bukan PKM.”
Sudah jelas bukan alasannya kenapa aku tidak pernah memberikan folder itu padanya. Huuuuft, >_<
***
Berhari-hari sejak saat itu, aku menjadi koordinator teman-teman. Aku menjadi penyebar informasi. Oh ya, aku sekretaris dalam kelompok. Setiap ada info baru, setiap ada perkembangan kelompok, setiap ada pertemuan, aku yang akan menyebarkan semua itu pada teman-teman.
“Jangan lupa merapat ya,” pesanku pada semua teman-teman KKN.
“Oke! Udah makan?” balas Izi.
Hahaha :D Izi… Izi… dan Izi. Tentu saja, ini ceritaku tentangnya. Jadi, jangan bosan membaca nama Izi dalam ceritaku ini.
-udah makan?- pertanyaan Izi yang khas sekali selalu dia tanyakan setiap kali SMS-an denganku, hingga suatu hari,
“Kalau aku belum makan, apakah kamu mau traktir aku?” candaku.
“Ya, di angkringan ya, mau? Haha,” jawab Izi.
“Oke! Bener loh ya, aku belum pernah tuh makan di angkringan,” tanggapku.
Ya begitulah. Pertanyaan yang sangat lugu, kecuali ini.
“Kenalin lah aku ma temen-temen kos kamu,” SMS Izi suatu hari.
“Hahaha :D temen-temenku cantik-cantik (gak kayak aku :P) Mau tipe yang seperti apa? Datanglah ke kos,” godaku.
“Siapa bilang, kamu manis kok. He, gak jadi kenalan ma temen-temen kamu lah. Belum tentu cocok,” balasnya.
Sadarkah kamu, ada sesuatu yang buatku tersenyum tanpa aku sadari saat membaca SMS itu. Dia bilang aku manis. Hahaha, aku juga wanita, senang dipuji. Bukan itu sih intinya, seorang Izi mengatakan hal itu sungguh hal yang luar biasa bagiku.
“Sudah berapa lama kamu jomblo?” SMS Izi lagi.
“8 bulan, kenapa?” tanyaku penasaran.
“Gak apa-apa, Cuma pengen tahu saja J,” jawabnya.
Masa itu, Izi kerja parttime, di sebuah café shift malam. Bagaimana aku tahu? Seperti yang sudah aku jelaskan, aku koordinator, jadi sebisa mungkin aku tahu jadwal teman-temanku (sok). Saat itu, mungkin tanpa aku sadari, bibirku (telah terbiasa) tersenyum setiap kali aku lihat pesan Izi masuk dalam handphone-ku.
… Ingin aku mengenalmu saat ini, Ingin menyapamu tapi aku malu,
Dan kini hatiku mulai bertanya, are you really the one I am searching for? ….
***

0 komentar:

Posting Komentar