Malam, pernahkah kamu mendengarku mengigau tentangnya? Tentang dia, sahabat di masa kecilku. Aku yakin kamu sudah bosan mendengar ceritanya, bahkan untuk mendengar namanya pun kamu serasa ingin segera berlari menjauh dari suaraku.
Malam, apakah dia juga menceritakan
kisahku padamu? Jika iya, apa yang dia ceritakan padamu? Jika tidak, kehidupan
siapa yang telah dia sentuh?
Malam, apa kamu pernah merasakan sebuah
rasa yang disebut dengan ‘sayang’? Jika sudah, bagaimana rasanya?
Malam, pernahkah kamu tersenyum seorang
diri? Aku pernah, meski aku tidak gila. Senyum yang muncul tanpa ragu saat
membaca namanya, melihat fotonya, atau mendengar sapanya. Bahkan, senyum itu
akan muncul saat selintas senyumnya membayang dalam awang-awang gelap kotaku. Atau
ketika dalam sesaat aku mengenang masa kecilku bersamanya, lucu. Teringat
betapa cengengnya aku dan betapa tangguhnya dia menjagaku.
Malam, apakah aku cukup baik untuknya?
Atau bagaimanakah rupa gadis impiannya?
Malam, apakah kamu sanggup membaca
hatiku? Apa harap yang tumbuh di hatiku?
Malam, tahukah kamu, sudah berapa lama kami
jauh, tak bersua satu dengan yang lain? Kini, tahukah kamu bahwa kami sudah
saling memberi kabar lagi?? Aku yakin, kamulah saksi bisu kami. Tetaplah diam
merangkai cerita, hingga nanti kamu ceritakan pada kami saat kami mungkin sudah
tidak mampu lagi menemukan kata untuk ciptakan cerita.
Malam, ingatkah tangisku saat patah hati
untuk pertama kalinya? Ya, patah hati saat aku tahu bahwa dia memiliki seorang
kekasih, dan kekasih itu bukan aku. Sejak saat itu, hatiku terus berkelana. Hatiku
seperti gila, singgah di hati satu ke hati yang lain dengan tetap menganggap
bahwa senyumnya yang terindah.
Malam, katakan padaku, apakah saat ini
aku ingin memilikinya? Hmmzz, aku yakin kamu hanya akan tersenyum dan
menggeleng perlahan, menatap tajam wajahku penuh makna. Sama seperti senyumku
padamu, malam-malam dimana aku terus bertahan tanpanya.
-Sahabatku, tahukah kamu bahwa aku
menyayangimu? Ya, aku yakin kamu tahu hal itu, bahkan sejak kita kecil dulu. Kamu
dimana? Ya, kamu jauh dariku. Jangan takut, aku tidak akan mengikatmu dalam
langkah kecil kakiku. Hatiku sudah bahagia dengan melihat senyummu, mendengar
kabar baik tentangmu, bahkan meskipun itu dari orang lain. Terbanglah, kejar
cita dan cintamu. Apapun dan siapapun yang akan mengisi hidupmu, itulah takdir
Tuhan yang terbaik. Aku tersadar bahwa kita berdiri di jalan yang sangat
berbeda. Kadang aku bertanya, adakah persimpangan di sana yang mempertemukan
jalan kita? Ataukah harus aku berkelana mencari ujung jalanku sendiri?
Seandainya suatu saat jalan kita justru saling berjajar, tidak akan pernah
bersimpangan satu sama lain, biarkan namaku ada dalam hidupmu sebagai seorang
sahabat yang pernah memberi warna kehidupan masa kecilmu. Terima kasih-

2 komentar:
Huwee.. T___T
Mba Indy..
kenapa adek?? :D
Posting Komentar