Jumat, 28 Desember 2012 - 2 komentar

Malam, Ternyata Tetap Dia




Malam, pernahkah kamu mendengarku mengigau tentangnya? Tentang dia, sahabat di masa kecilku. Aku yakin kamu sudah bosan mendengar ceritanya, bahkan untuk mendengar namanya pun kamu serasa ingin segera berlari menjauh dari suaraku. 

Malam, apakah dia juga menceritakan kisahku padamu? Jika iya, apa yang dia ceritakan padamu? Jika tidak, kehidupan siapa yang telah dia sentuh?

Malam, apa kamu pernah merasakan sebuah rasa yang disebut dengan ‘sayang’? Jika sudah, bagaimana rasanya? 

Malam, pernahkah kamu tersenyum seorang diri? Aku pernah, meski aku tidak gila. Senyum yang muncul tanpa ragu saat membaca namanya, melihat fotonya, atau mendengar sapanya. Bahkan, senyum itu akan muncul saat selintas senyumnya membayang dalam awang-awang gelap kotaku. Atau ketika dalam sesaat aku mengenang masa kecilku bersamanya, lucu. Teringat betapa cengengnya aku dan betapa tangguhnya dia menjagaku.

Malam, apakah aku cukup baik untuknya? Atau bagaimanakah rupa gadis impiannya?

Malam, apakah kamu sanggup membaca hatiku? Apa harap yang tumbuh di hatiku? 

Malam, tahukah kamu, sudah berapa lama kami jauh, tak bersua satu dengan yang lain? Kini, tahukah kamu bahwa kami sudah saling memberi kabar lagi?? Aku yakin, kamulah saksi bisu kami. Tetaplah diam merangkai cerita, hingga nanti kamu ceritakan pada kami saat kami mungkin sudah tidak mampu lagi menemukan kata untuk ciptakan cerita.

Malam, ingatkah tangisku saat patah hati untuk pertama kalinya? Ya, patah hati saat aku tahu bahwa dia memiliki seorang kekasih, dan kekasih itu bukan aku. Sejak saat itu, hatiku terus berkelana. Hatiku seperti gila, singgah di hati satu ke hati yang lain dengan tetap menganggap bahwa senyumnya yang terindah.

Malam, katakan padaku, apakah saat ini aku ingin memilikinya? Hmmzz, aku yakin kamu hanya akan tersenyum dan menggeleng perlahan, menatap tajam wajahku penuh makna. Sama seperti senyumku padamu, malam-malam dimana aku terus bertahan tanpanya.

-Sahabatku, tahukah kamu bahwa aku menyayangimu? Ya, aku yakin kamu tahu hal itu, bahkan sejak kita kecil dulu. Kamu dimana? Ya, kamu jauh dariku. Jangan takut, aku tidak akan mengikatmu dalam langkah kecil kakiku. Hatiku sudah bahagia dengan melihat senyummu, mendengar kabar baik tentangmu, bahkan meskipun itu dari orang lain. Terbanglah, kejar cita dan cintamu. Apapun dan siapapun yang akan mengisi hidupmu, itulah takdir Tuhan yang terbaik. Aku tersadar bahwa kita berdiri di jalan yang sangat berbeda. Kadang aku bertanya, adakah persimpangan di sana yang mempertemukan jalan kita? Ataukah harus aku berkelana mencari ujung jalanku sendiri? Seandainya suatu saat jalan kita justru saling berjajar, tidak akan pernah bersimpangan satu sama lain, biarkan namaku ada dalam hidupmu sebagai seorang sahabat yang pernah memberi warna kehidupan masa kecilmu. Terima kasih-

2 komentar:

Posting Komentar