Hidup itu seperti membuat segelas kopi. Tidak ada aturan baku tentang apa dan berapa banyak yang boleh kita campurkan ke dalam gelas. Boleh gula, kopi, susu, cream, marijuana atau bubuk batere sekalipun. Kita tak akan pernah tahu apa yang kamu dapat. Tak ada orang yang peduli apa yang ada di gelas kamu.
Hidup itu seperti mengaduk segelas kopi. Semuanya berputar dalam satu gelas, menyeret kita untuk dimampatkan ke dalam satu pusaran di tengah-tengah. Bagaimanapun kita menolaknya, ada satu tangan besar yang dengan sendok takdirnya mengaduk kita semua dalam satu babak kehidupan. Kadang-kadang kita diatas, ditengah, dibawah, dipinggir, dan dimana-mana. Teraduk-aduk sampai mabuk. Tak ada satupun titik yang statis. Jadi masalahnya bukan lagi mencari tempat yang nyaman, tapi tentang menemukan satu titik untuk bersama-sama berputar di dalam gelas itu.
Hidup itu seperti meminum segelas kopi. Jika semuanya sudah masuk ke dalam gelas, lalu selesai diaduk sampai rata, maka minumlah. Pelan-pelan saja. Karena segelas kopi yang paling nikmat pun akan berubah menjadi kopi rasa kencing kuda kalo kita meminumnya dengan terburu -buru. Menenggakkan kopi panas ke dalam mulut adalah tindakan bodoh.. Dalam sekejap lidah kita seperti dikutuk dan kemudian jadi mati rasa. Dan kita semua tau, mati rasa itu menyebalkan. Minumlah dengan tenang dan penuh rasa. Karena semua yang ada didalam gelas itu adalah tentang kita.
Suatu hari nanti kopi itu akan habis. Yang tertinggal hanyalah kenangan akan rasa itu. Maka tinggalkanlah meja dengan senyum. Lalu segelas kopi berikutnya akan terhidang. Segelas kopi yang penuh dan masih panas. Begitulah kehidupan ini mengatur agar selalu ada kopi baru sebelum orang-orang melupakan rasa kopi sebelumnya.
Sumber: Lelaki Kecil Bernama Hujan

1 komentar:
makasih udh baca...
(LKBH)
Posting Komentar